Beranda | Artikel
Antara Dosa Syirik Dan Isbal
Rabu, 24 Agustus 2011

ANTARA DOSA SYIRIK DAN ISBAL

Pertanyaan.
Apakah sama dosa syirik dengan dosa isbal, baik yang sombong ataupun tidak? Di dalam banyak hadits dikatakan tidak disucikan dari dosanya. Padahal dalam al Qur`an hanya disebutkan syirik.

Jawaban.
Dosa syirik tidak sama dengan dosa isbal (menurunkan sarung atau celana di bawah mata kaki bagi laki-laki), baik dengan sombong maupun tidak. Sebagaimana telah dipahami, bahwa syirik akbar (besar) merupakan kekafiran dan memiliki bahaya yang amat besar, antara lain :

1. Kemusyrikan merupakan dosa yang tidak diampuni oleh Allah di Akhirat.

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. [an-Nisaa/4 :48]

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا

Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. [an-Nisaa/4 : 116]

2. Kemusyrikan menggugurkan seluruh amalan shalih.

وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.[al-An’am/6 :88]

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. [az-Zumar/39:65]

3. Mati dalam keadaan syirik, pasti masuk neraka dan kekal selamanya.

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ ۖ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ ۖ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam”, padahal Al Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu”. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.

Sedangkan dosa isbal tidaklah demikian. Isbal merupakan dosa besar, dan ancamannya adalah neraka, tetapi pelakunya tidak kafir, kecuali jika dia mengingkari larangan isbal setelah hujjah tegak padanya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِزْرَةُ الْمُسْلِمِ إِلَى نِصْفِ السَّاقِ وَلَا حَرَجَ أَوْ لَا جُنَاحَ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْكَعْبَيْنِ مَا كَانَ أَسْفَلَ مِنَ الْكَعْبَيْنِ فَهُوَ فِي النَّارِ مَنْ جَرَّ إِزَارَهُ بَطَرًا لَمْ يَنْظُرِ اللَّهُ إِلَيْهِ

Keadaan sarung seorang muslim sampai pertengahan betis, dan tidak dosa antaranya dengan kedua mata kaki. Apa yang di bawah mata kaki, maka itu di dalam neraka. Dan barangsiapa menyeret sarungnya dengan kesombongan, Allah tidak akan melihatnya. [HR Abu Dawud, no. 4093; Ibnu Majah, no. 3573; dari Abu Sa’id al Khudri. Dishahihkan oleh Syaikh al Albani. Lihat ash Shahihah, 2017, Riyadhush-Shalihin, no. 799].

Adapun perkataan Anda, bahwa di dalam banyak hadits dikatakan “tidak disucikan dari dosanya”, kalimat ini adalah terjemahan dari bahasa Arab وَلاَ يُزَكِّيهِمْ (Dia (Allah) tidak akan mentazkiyah mereka). Hadits yang memberitakan bahwa musbil (orang yang melakukan isbal) mendapatkan ancaman ini, adalah sebagai berikut:

عَنْ أَبِي ذَرٍّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثَةٌ لاَ يُكَلِّمُهُمْ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلاَ يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ قَالَ فَقَرَأَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثَ مِرَارًا قَالَ أَبُو ذَرٍّ خَابُوا وَخَسِرُوا مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الْمُسْبِلُ وَالْمَنَّانُ وَالْمُنَفِّقُ سِلْعَتَهُ بِالْحَلِفِ الْكَاذِبِ

Dari Abu Dzarr, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersabda : “Tiga orang yang Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat, tidak akan melihat mereka, tidak akan mentazkiyah mereka, dan bagi mereka siksaan yang pedih”. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkannya tiga kali. Abu Dzarr berkata: “Mereka celaka dan rugi! Siapa mereka itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Musbil (orang yang isbal), mannan (orang yang banyak mengungkit-ngungkit pemberian atau perbuatan baiknya kepada orang lain), dan orang yang melariskan dagangannya dengan sumpah palsu”. [HR Muslim, no. 106; Ahmad; Tirmidzi; an Nasaa-i; Abu Dawud; Ibnu Majah; ad Darimi].

An Nawawi rahimahullah berkata tentang makna sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ((Dia (Allah) tidak akan mentazkiyah mereka)) yaitu: “Tidak akan mensucikan mereka dari kotoran dosa-dosa mereka. Az-Zajaj berkata, maknanya, tidak akan memuji mereka”. [1]

Kesimpulannya, kedua makna itu dapat dipakai, wallahu a’lam.

Tetapi hal ini bukan berarti mereka akan kekal di dalam neraka. Karena menurut aqidah Ahlis Sunnah, bahwa pelaku dosa besar tidak menjadi kafir, sehingga seandainya dia masuk neraka, maka tidak kekal. Bahkan akan keluar dari neraka dengan syafa’at orang-orang yang memohonkan syafa’at, atau dengan rahmat Allah Azza wa Jalla .

Adapun perkataan Anda bahwa di dalam al Qur`an hanyalah dosa syirik yang pelakunya tidak akan disucikan dari dosanya, maka tidaklah benar. Karena ada dosa-dosa lain yang diancam dengan ancaman tersebut, sebagaimana ayat-ayat di bawah ini:

إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ الْكِتَابِ وَيَشْتَرُونَ بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا ۙ أُولَٰئِكَ مَا يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ إِلَّا النَّارَ وَلَا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu al Kitab (al Qur`an), dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api (neraka), dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari Kiamat dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih. [al Baqarah/2 : 174].

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata,”Allah tidak akan mentazkiyah mereka. Yaitu tidak akan menyanjung dan memuji mereka, bahkan akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih”. [2]

Di sini kita lihat, bahwa Imam Ibnu Katsir mengartikan kata tersebut sebagaimana penjelasan az Zajaj yang dinukil oleh Imam Nawawi sebagaimana di atas.

Di dalam ayat lain Allah Azza wa Jalla berfirman :

إِنَّ الَّذِينَ يَشْتَرُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَأَيْمَانِهِمْ ثَمَنًا قَلِيلًا أُولَٰئِكَ لَا خَلَاقَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ وَلَا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji(nya dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari Kiamat dan tidak (pula) akan mensucikan mereka. Bagi mereka adzab yang pedih. [Ali Imran/3 : 77]

Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan: Dan Allah tidak akan mentazkiyah mereka, yaitu tidak akan mensucikan dari dosa-dosa dan noda-noda, bahkan Allah memerintahkan mereka menuju neraka”.[3]

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun X/1427/2006M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Syarah Muslim, hadits no. 106.
[2]. Tafsir Ibni Katsir, surat al Baqarah/2 ayat 174
[3]. Tafsir Ibni Katsir, surat al Baqarah/2 ayat 174


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/3153-antara-dosa-syirik-dan-isbal.html